Infokom DPP PPNI - Komitmen Kementerian Kesehatan untuk meningkatkan kuantitas maupun kualitas bagi tenaga medis semakin direalisasikan.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin, secara resmi melepas peserta program fellowship yang akan mengikuti pendidikan dan penelitian di Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dan Jepang, Senin (6/1/2024).
Acara pelepasan yang dilaksanakan di Kantor Direktorat Jenderal Tenaga Kesehatan, Hang Jebat, Jakarta, ini ditandai dengan penyerahan Letter of Acceptance (LoA) dan Letter of Guarantee (LoG) kepada para peserta.
Menkes Budi dalam sambutannya, menegaskan pentingnya program ini dalam mengatasi kekurangan dokter spesialis jantung di Indonesia, mengingat penyakit jantung merupakan penyebab utama kematian di tanah air. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), setiap tahunnya 550 ribu orang meninggal akibat penyakit ini.
“Penyakit kardiovaskular itu paling banyak yang meninggal. Jadi, kita ingin secepatnya mempersiapkan layanan untuk bisa menyelamatkan ratusan ribu masyarakat kita yang meninggal setiap tahun. Kita mesti mempersiapkan alatnya, SDM kesehatan, dan pembiayaannya. Ini kita lakukan di level puskesmas, rumah sakit, dan level promotif preventif,” ujar Menkes.
Menkes menjelaskan bahwa penguatan layanan kardiovaskular saat ini difokuskan di 514 kabupaten/kota. Penanganan penyakit jantung idealnya harus dilakukan dalam waktu kurang dari dua jam. Dengan waktu yang sangat singkat tersebut, pasien tidak memungkinkan untuk dirujuk ke tingkat provinsi. Oleh karena itu, rumah sakit di kabupaten/kota harus dilengkapi dengan alat dan SDM kesehatan yang memadai.
Namun, data Kemenkes menunjukkan bahwa dari 514 kabupaten/kota, sebanyak 372 di antaranya belum memiliki alat atau tenaga medis untuk layanan seperti kateterisasi jantung atau trombektomi. Angka ini mencerminkan tingginya kebutuhan dokter spesialis untuk meningkatkan akses kesehatan yang merata.
“Ini adalah tantangan serius bagi sektor kesehatan kita. Program fellowship ini merupakan langkah strategis untuk mengatasi kekurangan dokter spesialis jantung yang sangat dibutuhkan, sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan jantung di Indonesia,” ujar Menkes.
Pada batch ini, Kemenkes memberangkatkan 27 dokter spesialis, yang terdiri dari 22 dokter spesialis kardiologi intervensi dan 5 dokter spesialis neurologi intervensi. Program ini dilaksanakan dengan skema pembiayaan dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) sebagai wujud kolaborasi lintas sektor antara Kemenkes dan Kementerian Keuangan (Kemenkeu).
Para peserta fellowship akan menjalani pendidikan intensif selama satu tahun di beberapa rumah sakit ternama di RRT dan Jepang, seperti Fudan University Zhongshan Hospital, Zhongda Hospital, dan Sapporo Cardiovascular Center. Program ini dirancang untuk memperdalam keahlian peserta dalam bidang kardiologi, khususnya diagnosis, pengobatan, dan teknologi terkini dalam penanganan penyakit jantung. (IR)